Kisah Tragis Randy Rhoads — Gitaris Ozzy Osbourne yang Tak Suka Terbang
- HP Music
- 29 menit yang lalu
- 3 menit membaca
Terbang ke Nada Terakhir: Kisah Nyata Randy Rhoads, Gitaris yang Tak Suka Terbang
Randy Rhoads baru berusia 25 tahun ketika nasibnya berubah selamanya pada 19 Maret 1982. Sebelumnya ia sudah membuat gebrakan besar: ikut bersama Ozzy Osbourne sebagai gitaris solo, album-album seperti Blizzard of Ozz dan Diary of a Madman menunjukkan bahwa ia bukan sekedar pemetik gitar — dia adalah visioner yang menggabungkan teknik klasik dengan agresi rock. (L4LM)

Namun, ada satu hal yang ironis: ia tak suka terbang. (BLABBERMOUTH.NET) Baginya, panggunglah rumahnya — bukan kabin pesawat kecil yang bergerak-bergerak di langit.
Hari yang Seharusnya Biasa Tapi Tak Lagi
Band-nya (Ozzy, Randy, dan kru) telah tampil di Knoxville, Tennessee, dan sedang dalam perjalanan menuju Florida untuk show berikutnya. (Biography)Mereka berhenti di kawasan bernama Flying Baron Estates di Leesburg, Florida — bukan karena sengaja ingin lihat pesawat-terbang, melainkan untuk memperbaiki pendingin udara di bus tur mereka.
Namun di tempat itu ada landasan pesawat kecil, dan sang driver/melayani bus sekaligus pilot amatir, Andrew Aycock, memutuskan untuk “iseng” menggunakan pesawat kecil itu. (Society Of Rock)
Saat Keputusan Kecil Menjadi Titik Balik
– Penerbangan pertama: Aycock membawa dua kru—terbang dekat-dekat bus sebagai “joke” untuk membangunkan drummer. Semua selamat. (Wikipedia)– Penerbangan kedua: Randy (meskipun takut) ikut serta bersama seorang wardrobe/seamstress bernama Rachel Youngblood. Dia sempat mengajak bassist nya tapi sang bassist memilih tidur. (Wikipedia)
Ketika pesawat itu mencoba melakukan “buzzing” (terbang sangat rendah dekat bus), tragisnya sayapnya menyentuh atap bus, kemudian menabrak pohon, lalu menabrak garasi rumah di samping—ledakan besar, semua penumpang pesawat tewas seketika. Randy, Rachel, dan Aycock hilang dalam sekejap. (Biography)
Pengalaman Psikologi di Balik Tragedi ini
Pengambilan risiko & “buzzing”Dari sisi aeronautik, manuver “buzzing” bus adalah pengambilan risiko besar: angin turbulen, jarak rendah ke objek (bus, pohon), dan pilot yang mungkin kurang kontrol. Pada pesawat-ekor-V seperti tipe yang digunakan, sistem kontrol dan karakteristik aerodinamiknya bisa lebih sulit ditangani dalam dive atau manuver ekstrem. (BLABBERMOUTH.NET)
Faktor kondisi manusia– Aycock diketahui memiliki lisensi yang telah kadaluarsa dan setelah autopsi positif untuk kokain. (Wikipedia)– Rachel Youngblood dilaporkan memiliki kondisi jantung, dan ada teori dari mantan bassist band yang menyebut: “mungkin dia tiba-tiba menyerang (heart-attack) dan secara tak sengaja menekan kontrol”. (antiMusic)– Randy sendiri yang takut terbang tetap naik karena loyalitas dan kesempatan — ini mencerminkan “kesediaan individu untuk ikut dalam situasi yang secara riil ia hindari”.
Psikologi “close-calls” dan survivor guilt
Bassist Rudy Sarzo yang memilih tidur justru selamat — padahal tinggal beberapa meter saja dari bus dan pesawat:
“One or two inches lower, it would have crashed into the bus, and we would have blown up right there.” (All That's Interesting)Fenomenanya: ketika seseorang selamat dari kecelakaan yang nyaris, sering muncul guilt karena “kenapa gue, bukan dia?”. Psikologi menunjukkan kondisi ini bisa berujung trauma, PTSD, hingga perubahan perilaku (misalnya: hilang semangat tur, takut naik pesawat, dll).
Kenangan yang Tak Bisa Hilang
Randy tak sempat melihat usianya lewat 25 tahun, namun warisannya tetap hidup: dari gaya bermain gitar yang unik, hingga kombinasi musik klasik-rock yang kemudian menjadi pengaruh besar di musik metal dan gitar elektrik. (All That's Interesting)Ozzy sendiri berkata: “The day that Randy died was the day a part of me died.” (All That's Interesting)
Kata Penutup yang Bukan Sekadar Klise
Oke, bukan bicara “hidup itu singkat” yang sering kita baca di feed media sosial. Tapi coba renungkan: kita sering berada di momen antara ‘lumrah’ dan ‘tak terduga’. Randy naik pesawat bukan karena ia ingin menaklukkan langit — ia naik karena situasi. Dalam satu “kejutan kecil”, semuanya bisa berubah.
Kalau kamu, sebagai anak musik, sebagai penikmat gitar atau drummer atau penyanyi — maka ini yang ingin saya beri:Mainlah dengan totalitas, tapi jangan abaikan instingmu. Ketika kamu merasa “eh, ini nggak sampai,” dengarkan insting itu. Karena di dunia nyata, bukan cuma riff atau solo yang harus habis-habisan — tapi hidup juga butuh memilih kapan tepat untuk berhenti atau berkata “tidak”.Randy dalam ketakutannya tetap naik pesawat.
Dia ingin bantu tim, ingin mengambil kesempatan dokumentasi. Tapi hasilnya tragedi. Itu bukan kesalahan dia — banyak faktor takdir, banyak faktor manusia di luar kontrolnya. Tapi kita bisa belajar darinya:
Keberanian itu bagus — tapi kesadaran akan batasan juga perlu.
Loyalitas itu hebat — tapi dirimu sendiri jangan dilupakan.
Musik kita bisa besar — tapi hidupmu harus dijaga supaya bisa terus bermusik esok-esok.
Jadi, mainlah keras, bermainlah dengan jiwa — tapi juga tetap hidup, karena kisah-kisah seperti Randy bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk mengingat kita bahwa waktu dan pilihan itu nyata. Rock on — dan tetap hidup.
Sumber utama: berbagai laporan tentang kecelakaan Randy Rhoads dan analisis aeronautik/psikologis terkait.(BLABBERMOUTH.NET)
“Musik nggak cuma didengar — tapi juga diceritain.
Temukan sisi lain dunia musik di Hepi Discover by: HP Music


























































Komentar