top of page

Jika Anda Memiliki Karya dan Talenta Bergabung lah Bersama HP Music

Mari Saling Menginspirasi dan Menciptakan Karya Musik yang Memukau. Bersama, Kita Bisa Membawa Musik Kita ke Tingkat Selanjutnya. Tidak Ada Batas untuk Kreativitas Bersama HP Music. Segera Bergabung dan Jadilah Bagian dari Komunitas Musik yang Berkembang Pesat!"

TALENT

MENDAFTAR TALENT

DROP DEMO

DROP DEMO

TITIP EDAR
LAGU ORIGINAL

LAGU ORGINAL

TITIP EDAR
LAGU COVER

cover

Ini 10 kesalahan paling umum dalam produksi musik

  • Gambar penulis: HP Music
    HP Music
  • 52 menit yang lalu
  • 4 menit membaca

Ini 10 kesalahan paling umum dalam produksi musik

Lo Pernah Merasa Lagunya Keren di Studio, Tapi Pas Dengarkan Ulang — Bingung Sendiri?”

Pernah gak lo: setelah capek dari pagi sampai malam, lo playing beat, mixing, mastering — dan rasanya “ya ini dia!” . Tapi keesokan harinya… suara terasa “mendem”, vokal tenggelam, bass membaur, nada keras di kuping, atau mix-nya flat banget di speaker HP. Apa sebenernya yang salah?


Kadang bukan soal talent atau lagunya — tapi kesalahan produksi yang subtle, teknikal, gampang banget luput kalau lo belum ngerti. Dan ketika kesalahan ini muncul, track lo bisa langsung kehilangan “nyawa”. 😬



1. Gain Staging & Headroom: Kesalahan Paling Dasar yang Sering Diabaikan

Sebelum lo mulai main EQ, compression, reverb — penting banget untuk memastikan setiap track punya gain staging yang benar. Kalau lo mulai terlalu “keras” dari awal, mix akan cepat overload, clipping, atau suara jadi pecah. Banyak produser pemula mengabaikan hal ini. Moises+1


Idealnya, setiap track masuk mixer di level yang konservatif — biarkan ada ruang (headroom) sekitar –6 dBFS sebelum proses efek/processing. mixtr.co+1


Kalau ini gagal, nge-EQ atau compress setelahnya cuma nutupin masalah — bukan perbaiki.



2. EQ & Compression — Jangan “Semau Lo”

Banyak pemula tergoda buat merubah suara dengan “naikkin” dan “turunin” frekuensi sembarangan. Masalahnya: boosting terlalu banyak bikin suara jadi harsh, cepat bikin kuping cape. Sementara cut terlalu agresif bikin instrumen terdengar lemah, nggak punya tenaga. mixbutton.com+2carryatune.in+2


Sering juga compression dipake terlalu keras, supaya semua terdengar “sekata” — tapi justru bikin musik “flat”, kehilangan dinamika aslinya. Solar Heavy Studios+1


Tips: gunakan subtractive EQ (potong frekuensi yang bentrok), jangan asal boost. Pakai compression secukupnya — biar tetap ada naik-turun natural suara, bukan “semua rata”.



3. Stereo Imaging, Panning & Phase — Buat Ruang Bernapas, Bukan Kerumunan

Sering terdengar: semua instrumen “ditempel” di tengah stereo, vokal drown, gitar & synth saling bertabrakan, bass mengembang, vokal hilang. Itu akibat salah panning / stereo imaging. Demo Mentor+2Mixing Monster+2


Lebih parah lagi: ketika lo layering banyak track dan nggak atur fase (phase alignment), bisa muncul canceling frekuensi — hasilnya suara jadi tipis, “kosong”, bahkan bass hilang. Demo Mentor+2carryatune.in+2


Ingat: mixing bukan cuma soal “seberapa keras” tiap track, tapi di mana posisi tiap suara di ruang stereo + frekuensi. Kalau semua nempel di tengah dan frekuensi bentrok — ya bakal mushy & ‘lembek’.



4. Overprocessing & Efek: “Sihir” yang Bisa Bunuh Lagu

Di zaman plugin melimpah, godaan itu gede banget: reverb, delay, chorus, saturasi, stereo-widening — semua bisa bikin lo ngerasa track makin tebal, dramatis, keren. Tapi terlalu banyak efek = mix bisa cepat rusak. Suara jadi licin, nggak punya karakter; atau terlalu ramai sampai pendengar kehilangan fokus. Solar Heavy Studios+2Moises+2


Banyak elemen tambahan muncul bukan karena mereka penting, tapi karena lo “pengen cooldown” di mix. Jadilah, efek numpuk — tapi musik hilang identitasnya.



5. Urutan & Organisasi Sesi Produksi: Kekacauan yang Rahasiakan Masalah

Serius, mix & mastering itu butuh struktur. Banyak produser malas label track, grup instrumen, atau organise session — akhirnya bingung sendiri ketika revisi. Eliott Glinn Audio+1


Tanpa track management yang rapih: lo bisa overdubbing, lupa mana track vokal, mana track gitar; lupa mana sudah di-EQ, mana belum; efek jadi tumpang tindih — dan saat mastering: panik karena nggak tahu mana yang harus dipoles ulang.



6. Mastering Salah Prinsip: Semua Mau Dipake Agar Terasa “Mahir”

Banyak produser yang kira mastering itu soal “buat track se-keras mungkin”. Padahal mastering seharusnya memperkuat mix, bukan menutupi kesalahan. Kalau mix-nya belum bersih, mastering cuma akan memperjelas masalah — bukan memperbaiki. slashmastering.com+1


Kesalahan umum di tahap mastering:

  • Over-limiting → track terdengar “padat” tapi nggak punya dinamika, cepat bikin kuping lelah. slashmastering.com+1

  • Berusaha “mengatur ulang” frekuensi & volume secara drastis di master bus — padahal itu pekerjaan mix engineer. Eliott Glinn Audio+1


Hasil: track “keren” di speaker besar, tapi jeblok di earphone biasa — atau sebaliknya.



7. Lupa Gunakan “Referensi”: Track Profesional Sebagai Tolok Ukur

Kalau lo mixing terus tanpa mendengarkan track profesional sebagai acuan, kemungkinan besar mix lo bakal “miring”. Banyak pemula lalai pakai reference track — padahal itu penting banget untuk memastikan tonal balance, loudness, stereo image, dan dinamika. Solar Heavy Studios+2Mixing Monster+2


Dengan referensi, lo bisa bilang: “oh — vokal gue kok tenggelam dibanding lagu X”, atau “bassnya terlalu dominan dibanding track Y”. Tanpa referensi, lo bakal bergerak di ruang kosong — dan hasilnya random banget.



8. Tidak Dengarkan di Berbagai Sistem Playback — Dan Merasa “Sudah Jadi”

Mix yang terdengar bagus di monitor studio nggak selalu translate ke speaker laptop, earphone, atau smartphone. Banyak producer lupa untuk test mix di berbagai playback system. Ini fatal — sebab sebagian besar pendengar bakal denger dari HP/earphone. mixtr.co+2soundation.com+2


Jadi track “siap rilis” harus bisa diterima secara konsisten di berbagai perangkat — bukan cuma di studio lo.



Kesimpulan & Call-to-Action (CTA Mind-Blowing)

Jadi gini: lo bisa punya ide lagu paling brilian, melodi paling nembus hati — tapi kalau produksi lo penuh kesalahan teknis kecil, seluruh emosi itu bisa lenyap. Produksi musik itu bukan cuma soal “penciptaan” — tapi juga soal “perawatan suara”.


👉 Kalau lo serius ingin lagu lo terdengar profesional, coba deh:


  • Perlahan perbaiki gain staging & headroom

  • Gunakan EQ & compression dengan hati-hati (subtractive dulu)

  • Pahami panning, stereo image, dan pastikan phase aman

  • Pakai efek seperlunya — jangan sampai “terlalu banyak bumbu”

  • Organisasi session dengan rapih, track-by-track

  • Gunakan reference track sebelum mixing & mastering

  • Tes output di banyak sistem — studio speaker, earphone, HP, mobil, dll


Nah, dari lo: apakah lo pernah dengar mix yang “kayak mau bagus” tapi malah ancur pas diputar di HP? 😅 Share pengalaman lo — mungkin kita bisa bedah bareng kenapa itu bisa terjadi.

Komentar

Dinilai 0 dari 5 bintang.
Belum ada penilaian

Tambahkan penilaian

​HP Music adalah Record Label yang menaungi berbagai Genre Musik Yuk, eksplor channel YouTube kami:

mighty.png

migthy records

sik-asik.png

sik asik

Klik link untuk menuju Youtube Channel Hepi Kids

hepi kids

popart.png

pop art

plus-plus-remix.png

plus plus
remix

golden-memories.png

Golden Memories indonesia

​​​Belanja merchandise musik di toko kami: Hepi Stuff! ​

Klik sekarang & jadi bagian dari perjalanan musik Indonesia! 

logo-master-HP-stuff-black.png

HP Music
PT Harmoni Dwiselaras Perkasa © 2019

Ruko Harco Mangga Dua, Block J No. 30
Jakarta 10730, Indonesia

hello@hpmusic.id
+62 21 612 2474

bottom of page