Belajar Tenang Saat Dibentak: Karena Hati yang Kuat Tak Mudah Ciut
- HP Music
- 26 Okt
- 2 menit membaca
Belajar Tenang Saat Dibentak: Karena Hati yang Kuat Tak Mudah Ciut
Setiap orang pasti pernah dibentak atau dimarahi. Rasanya nggak enak, bikin dada sesak, kepala panas, dan kadang mental ikut ciut. Tapi semakin sering aku menghadapi situasi seperti itu, aku belajar satu hal penting: kalau aku tidak melakukan kesalahan, kenapa harus takut?

Aku tanamkan dalam diri, kalau aku sudah melakukan yang terbaik semampu aku, dan orang lain masih menanggapinya dengan amarah, satu-satunya yang bisa kulakukan adalah tetap tenang.
Kadang aku hanya diam. Tidak menyela, tidak membalas, tidak menunjukkan kepanikan. Aku dengarkan saja sampai mereka selesai meluapkan emosinya. Dalam hati aku
berkata,
“mungkin dia sedang lelah, mungkin sedang banyak masalah.”
Dan aku percaya, yang namanya emosi itu tidak selamanya — nanti juga mereda.
Kalau ternyata aku salah, ya sudah. Aku akui, aku terima, lalu aku perbaiki.
Saat Hati Mulai Letih dan Sunyi
Ada masa-masanya juga aku merasa capek. Berusaha sebaik mungkin, tapi tetap dimarahi. Saat itu, lagu Giant Jay – Tuhan Tolonglah terasa begitu dekat di hati.
Seperti penggalan liriknya:
“Tuhan tolonglah diriku ini, ku merindukannya hadir di hatinya…”
Memang lagunya tentang merindukan seseorang, tapi buatku lirik itu seperti doa: minta dikuatkan, minta hati orang lain dilunakkan, minta diberikan ketenangan. Kadang kalau hati terasa sendiri, lirik-lirik itu jadi pengingat kalau aku nggak sepenuhnya sendirian — ada Tuhan yang tahu apa yang aku rasa.
“Masih disini, terdiam membisu sendiri, terasa sunyi…”Itu seperti menggambarkan momen ketika aku hanya bisa diam setelah dimarahi, tapi tetap berusaha kuat.
Dari Ciut Jadi Kuat: Belajar Percaya Diri
Lalu ada satu lagu lagi yang sering aku ingat, yaitu Giant Jay – Raksasa.
“Kini ku berani tunjukkan diri… Sang Raksasa yang dulu dimaki, sekarang perlahan dicintai.”
Lagu itu seakan mengingatkan aku: dulu aku mungkin dianggap lemah, dimarahi terus, disepelekan. Tapi kalau aku berani membuka diri, pelan-pelan orang juga bisa berubah cara pandangnya. Bukan untuk membalas, tapi membuktikan: aku mampu, aku punya nilai, dan aku tetap punya hati.
Seperti liriknya:
“Ku sadar kini ku harus membuka diri, berikan semua cinta yang ada di hati…”
Kalimat itu ngajarin aku bahwa diam dan tenang bukan berarti lemah. Justru itu bentuk kekuatan. Saat kita tetap bisa bersikap baik, walau diperlakukan tidak baik — di situlah mental kita teruji dan tumbuh.
Jangan Jadi Orang yang Nantinya Menyesal
Orang yang suka membentak dan marah-marah, suatu saat juga bisa menyesal akan sikapnya sendiri. Karena itu, aku nggak mau jadi bagian dari orang yang akan menyesal karena perkataan dan sikapku.
Aku mau tetap tenang. Berpikir sebelum bertindak. Kalau capek, istirahat. Kalau sakit hati, aku izinkan diri untuk merasa, tapi tidak untuk menjadi keras kepala.
Semoga kita semua bisa jadi orang yang hatinya kuat, tapi tetap lembut.Karena raksasa pun punya rasa.
“Aku Raksasa… yang punya rasa…”


























































Komentar