Bagaimana Label Musik Menemukan Artis Baru
- HP Music
- 11 menit yang lalu
- 3 menit membaca
Strategi Rahasia yang Diam-Diam Mengubah Hidup Banyak Orang

"Lo pernah kepikiran gak sih… kenapa ada orang yang baru nyanyi 15 detik di TikTok, eh besoknya langsung masuk label besar?"
Atau lebih serem lagi:
"Jangan-jangan, selama ini lo sebenernya udah ke-detect sama radar label, tapi lo gak nyadar?"
Tenang. Kali ini kita bongkar semuanya.Dari trik rahasia yang elegan sampai ilmu psikologi dan data yang dipakai label buat nemuin bakat baru.
A&R: Mata-Mata Industri Musik yang Diam-Diam Mengintai Lo
Lo mungkin pernah denger istilah A&R (Artists & Repertoire).
Mereka ini… literally para hunter.
Bukan hunter biasa, tapi hunter yang bisa mencium potensi dari hal-hal absurd kayak:
Pola komennya fans
Lonjakan engagement jam 2 pagi
Bahkan… tone suara lo ketika lagi gak perform secara maksimal
Serem?
Sebenernya… iya. Tapi juga kerennya kebangetan.
Menurut Berklee College of Music (https://www.berklee.edu/careers/roles/ar), peran A&R adalah meriset, menyaring, dan mengembangkan artis dengan metode yang makin sophisticated dari tahun ke tahun.
Cara Label “Mengendus” Artis Baru Dari Dunia Digital
Label sekarang pakai kombinasi teknologi + insting.
Setajam intelijen, sehalus algoritma, dan se-emosional novel cinta.
Berikut cara-cara paling gila tapi real:
1️⃣ Social Media Heat Tracking
Yep. Mereka mantau:
TikTok velocity (berapa cepat suara lo naik)
Save-to-view ratio di Reels
Komentar yang bernada “INI HARUS DI-SPOTIFY-IN!!!!”
Menurut laporan MIDiA Research (https://www.midiaresearch.com/), social platforms sekarang adalah sumber scouting terbesar untuk label global.
“Kadang bukan suaranya yang bikin mereka tertarik… tapi potensinya.”
2️⃣ Streaming Data Analysis
Spotify for Artists = bukan cuma buat artis.Tapi juga buat label baca:
Retention rate
Skip rate
Playlist penetration
Growth consistency
Spotify bahkan punya whitepaper tentang ini:
3️⃣ Live Performance Radar
Mereka nggak cuma liat viral.Mereka liat ketahanan lo di panggung.
Apakah lo karismatik?
Lo bikin crowd diem? Atau hidup?
Ada potensi stadium? Atau cuma café vibes?
Sumber pendukung: Rolling Stone — The New Age of Live Scouting
4️⃣ Psychological Branding & Market Fit
Label punya formula.Yes, formula.
Mereka liat:
Archetype lo masuk kategori apa
Sisi emosional apa yang bisa “dijual”
Apakah lo relatable atau aspiratif
Sejauh mana karakter lo bisa dikembangkan
NLP & neuromarketing banyak dipakai di sini.
Referensi:
Harvard Business Review – The Science Behind Emotional Marketing
Kadang yang Dicari Bukan Suara Bagus, Tapi… “Cerita”
Ini rahasianya.
Fakta pahit tapi real:
Label bisa ngelatih teknik vokal.
Tapi mereka gak bisa ngelatih “cerita hidup” lo.
Lo tau kenapa artis seperti Adele atau Billie Eilish meledak?
Selain suara emas…
Mereka punya cerita yang bikin orang ngerasa: “INI GUE.”
Kadang, label justru nyari:
Kisah patah hati yang autentik
Kejujuran brutal
Keanehan unik
Trauma masa lalu yang jadi seni
Signature vibe yang gak bisa ditiru orang lain
Ini bukan eksploitasi.
Ini human resonance — sesuatu yang cuma manusia punya.
Lo Lebih Dekat Dengan Radar Label dari yang Lo Kira
Mungkin lo ngerasa:
“Aku siapa sih? Cuma orang yang suka nyanyi di kamar.”
Hey… jangan salah.
Justru dari situlah banyak kisah besar lahir.
Pertanyaannya cuma satu:
Lo siap kalau tiba-tiba dilihat ribuan pasang mata?
Atau…
Mau mulai mancing perhatian mereka dari sekarang?
Artikel ini disusun berdasarkan insight industri, referensi terbuka, dan analisis tren. Beberapa proses internal label bisa berbeda tergantung kebijakan masing-masing.
Kalau lo serius mau masuk label,HP Music bisa jadi gerbang real buat lo naik kelas.
👉 https://www.hpmusic.id/Let’s unlock your next level.
🔗 Referensi
Berklee College of Music – A&R Rolehttps://www.berklee.edu/careers/roles/ar
MIDiA Research – Music Industry Datahttps://www.midiaresearch.com/
Spotify for Artists – Data & Insightshttps://artists.spotify.com/blog
Rolling Stone – Artist Scoutinghttps://www.rollingstone.com/pro/
Harvard Business Review – Emotional Marketinghttps://hbr.org/


























































Komentar