Lebaran Tahun Ini Kok Hampa? Ternyata Otak Kita Punya Jawabannya!
- HP Music
- 1 Apr
- 3 menit membaca
“Lebaran Kali Ini Beres Juga… Tapi Kok Rasanya Ada yang Kosong?”
Udah lewat. Semua udah dijalani. Tarawih yang bolong-bolong, ngabuburit yang rame di awal tapi makin sepi di akhir, sahur yang kadang kesiangan, buka yang selalu ditunggu.
Akhirnya bisa ngelewatin juga.

Tapi begitu takbiran berkumandang, ada yang beda. Ada yang hilang.
Gak ada lagi suara yang dulu paling semangat nyiapin ketupat. Gak ada lagi tangan yang dulu selalu ngasih angpau sambil becanda, “Udah gede, masih aja minta.” Gak ada lagi sosok yang selalu jadi alasan kenapa kita pulang.
Tahun ini kita sampai di lebaran. Tapi kita ninggalin seseorang di belakang.
Dan rasanya… sakit.
“Dulu Ada Dia, Sekarang Tinggal Kenangan”
Dulu, pas kecil, kita pernah nangis cuma karena lebaran gak dikasih baju baru. Sekarang, kita diem aja. Bukan karena kita udah kuat, tapi karena kehilangan yang ini… gak bisa diganti dengan apapun.
Kita bisa sibuk, ngobrol sama keluarga yang lain, ketawa-ketawa bareng sepupu, nyari kesibukan biar gak terlalu keinget. Tapi begitu momen salam-salaman tiba, rasanya kayak ada ruang kosong di antrean.
Ada satu tangan yang gak bisa kita cium lagi.
Kehilangan itu aneh, ya? Kadang kita pikir kita udah ikhlas, kita pikir kita baik-baik aja. Tapi ternyata bukan begitu cara kerja rindu. Kadang dia datang tanpa aba-aba. Kadang cuma sekilas—waktu liat foto lama, waktu denger lagu yang dulu sering dia putar, waktu nyium aroma masakan yang dulu selalu dia buat.
Dan di situ kita sadar… dia beneran gak ada.
Tapi yang lebih menyakitkan bukan cuma kehilangan dia. Tapi kehilangan kebiasaan kita sama dia.
“To live in hearts we leave behind is not to die.” – Thomas Campbell
“Ada Ilmunya: Grief Relearning & The Zeigarnik Effect”
Yang kita rasakan ini bukan sekadar sedih biasa. Ada istilah psikologinya: Grief Relearning.
💡 Grief Relearning adalah proses di mana seseorang secara bertahap belajar kembali menjalani hidup setelah kehilangan seseorang. Itu sebabnya, kita sering kali ngerasa hampa di momen-momen tertentu—karena otak kita masih mengenali rutinitas lama yang dulu selalu ada sosoknya.
Menurut Elisabeth Kübler-Ross dalam bukunya On Death and Dying, kehilangan sering melalui lima tahap: penolakan, marah, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan.
Selain itu, ada juga The Zeigarnik Effect, sebuah fenomena psikologi yang menjelaskan kenapa kita lebih gampang mengingat hal-hal yang belum selesai dibandingkan yang sudah tuntas. Kehilangan orang yang kita sayang adalah cerita yang rasanya belum selesai. (Baca lebih lanjut tentang Zeigarnik Effect)
Kita gak bisa benar-benar ‘selesai’ dari rasa kehilangan. Kita cuma bisa belajar untuk hidup berdampingan dengannya.
“Kehilangan bukan berarti melupakan, tapi mengajarkan kita bagaimana mencintai dengan cara yang berbeda.”
Dan itu... gak apa-apa.
“Gak Apa-Apa Buat Mengingat, Itu yang Bikin Kita Masih Manusia”
Mungkin, selama ini kita terlalu sibuk buat lupa. Kita pikir, kalau kita tetap jalan terus, kalau kita tetap sibuk, kehilangan ini gak akan terlalu terasa.
Tapi ternyata… kehilangan gak bekerja seperti itu.
Gak apa-apa kok buat berhenti sebentar. Buat mengingat. Buat nangis kalau memang masih berat. Karena mengenang itu bukan kelemahan. Justru itu yang bikin kita sadar siapa kita, dari mana kita datang, dan siapa yang pernah begitu berarti buat kita.
Kadang, kita perlu inget orang-orang yang kita sayang—bukan buat sedih, tapi buat mengingat betapa berharganya waktu yang pernah kita punya.
Mereka mungkin gak ada di sini lagi, tapi mereka selalu ada di dalam diri kita. Dalam cara kita bicara, dalam nilai-nilai yang mereka ajarkan, dalam kebiasaan kecil yang gak sengaja kita ulang.
“Kehilangan itu bukan soal melupakan. Tapi tentang bagaimana kita tetap melangkah, sambil membawa kenangan mereka dalam hati.”
Jadi kalau hari ini lo lagi ngerasa kosong… tarik napas pelan-pelan.
Lo gak sendirian.
Dan kehilangan ini… cuma tanda kalau kita pernah benar-benar sayang. 💛
#LebaranKosong #IdulFitri #KesepianLebaran #MaknaHariRaya #LebaranTanpaKeluarga #TradisiLebaran #EidMubarak
Comments